Selasa, 28 Juli 2009

Habis Gelap Terbitlah Terang

Orang nggak begitu banyak mengenal Kartini sebenarnya, Kartini yang kita kenal dalam sejarah kita udah dimanipulasi, hanya untuk kepentingan segelintir orang. Bagi kamu yang ngerayain Hari Kartini dengan lomba busana, lomba gadis sampul sampe lomba ketangkasan naik becak dan Becak lambat (heeeeh…. ada toh?), mendingan cepetan tinggalin karena Kartini tidak pernah mengajarkan emansipasi. Moco' ceee…., Nggak percaya? niich…!!

Kartini dilahirkan dari keluarga ningrat Jawa, tapi bagi Kartini adat yang mengharuskan seorang anak atau adik kudu berjalan pelan dan nunduk pada orang yang lebih tua, musti ditentang. Kalo bicara dengan bahasa kromo inggil en diselingin dengan menyembah. Katanya Jamrud, #Biar budemu seneng, pakdemu seneng…# "Bagi saya hanya ada dua macam keningratan : Keningratan pikiran (fikrah) dan keningratan budi (akhlaq) Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang yang membanggakan keturunannya" demikian tulisan surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899.

Sekelumit tentang RA Kartini
Diwaktu kecilnya RA. Kartini pernah menjadi santri KH Muhammad Soleh Darat bin Umar, seorang ulama besar dari Semarang. Suatu saat KH. Soleh Darat tergugah menterjamahkan Al-Qur'an ke bahasa Jawa dan menghadiahkan terjemahan (Faizhur Rohman fit Tafsir Quran) itu pada saat Kartini menikah, berupa jilid I yang terdiri 13 juz, dari surat al-Fatihah sampai surat Ibrahim. Sejak saat itulah Kartini mulai mempelajari Islam dengan sesungguhnya.

Tapi sayang nggak lama abis itu KH. Sholeh Darat meninggal, terjemahan itu belum selesai. Kalo Kartini sempet mempelajari keseluruhan Islam (al-Qur'an) maka nggak mustahil dia bakal nerapin semua hal yang dituntut Islam terhadap kemuslimahannya (termasuk jilbab?). Buktinya? Kartini berani nentang adat Jawa yang dirasanya sangat Feodal. Kartini juga pernah nentang Poligami. Tapi setelah mengenal Islam ia menerima sukarela. "Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal indah dalam masyarakat ibu terdapat hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?" (surat Kartini kepada Ny. E. Abandon, 27 Oktober 1902)

Dari mempelajari Islam lewat terjemah al-Qur'an itulah Kartini menemukan Surat al-Baqoroh ayat 257. Nah, dari situ Kartini terkesan banget dengan kata "Minazh Zhulumati ilan Nuur" yang artinya "Dari Gelap kepada Cahaya". Dalam beberapa suratnya yang ditulis dalam bahasa Belanda, Kartini sering nyebutin kata itu, en kalo di Bahasa Belandakan "Door Duisternist tot Licht". Selanjutnya setelah Kartini meninggal, kata itu kehilangan makna sampe akhirnya diterjemahkan "Habis Gelap Terbitlah Terang" oleh seorang pengarang Kristen, Armyn Pane, yang mungkin lebih puitis tapi malah nggak persis (sumber : Asma Karimah, Tragedi Kartini ; Sebuah Pertarungan Ideologi, 2000).

Itulah uniknya manusia, dia belajar sejarah tapi nggak mau belajar dari sejarah. Bagi kaum cewek yang memahami sejarah Kartini, seharusnya mereka tahu kalo Kartini itu bukan pejuang emansipasi ataupun feminisme, tapi beliau adalah pejuang Islam. Lho kok…??? "Moga-moga kami mendapat Rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai" (surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902). Tuuh kan..! Kamu termasuk nggak ya?

Potret Buram "Kartini" Kini

Sebutan Kota Pahlawan bagi Surabaya, kayaknya kian tercoreng. Apa pasal? ternyata Dolly, Jarak, Bangunsari, Kremil dan Moro Seneng adalah sederetan tempat di Surabaya sebagai tempat prostitusi. Data resmi di Pemda Surabaya menyebutkan, jumlah penghuni Dolly dan Jarak yang luasnya 3 hektar itu sekitar 3.000 orang. Tidak disebutkan berapa jumlah pelacurnya disitu, kalo semisal setengah dari penghuni itu, maka ada sekitar 1.500 pelacur di Surabaya. Trus, taruh aja 1% dari WTS itu terkena HIV/AIDS, dan WTS itu buka praktek jam 06 sore- 06 pagi, mampu menservis 2 lelaki hidung belang, maka ada 30 orang yang terjangkit HIV/AIDS dalam sehari. Itu baru sehari Friend, atao coba bayangkan kalo lelaki hidung belang tadi di rumah punya istri, kemudian dia juga 'bergaul' dengan istrinya, maka bertambah 60 orang dalam sehari jumlah penderita HIV/AIDS. Hihhh, gimana ngeri khan? Jijayy deh…

Data lain, menyebutkan sebanyak 50 ribu pelacur di Indonesia usianya di bawah 16 tahun. Guntoro Utamadi, staf Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mengungkap data itu di harian Kompas dengan tulisannya "Prostitusi di Kalangan Remaja". Masih menurut hasil penelitian tersebut, sejak krisis moneter (1997), setiap tahunnya sekitar 150 ribu anak di bawah 18 tahun terjebak jadi pelacur. Dan, 4% kasus kehamilan remaja lebih banyak terjadi pada remaja putri di bawah 18 tahun dan 7% pada remaja putri di bawah 16 tahun. Sementara sebanyak 43,1% gadis berusia di bawah 18 tahun melakukan aborsi”, tjk ... tjkk.....tjkk, pasti Ibu Kartini sangat sedih.

Menurut penelitian pada 1997, omset bisnis pelacuran di Indonesia Rp 8,6 triliun. "Pada 1999, angkanya naik menjadi Rp 11 triliun," kata Advokasi Hukum yang juga Wakil Sekjen DPP Partai Bulan Bintang, H Nur Syamsi Nurlam SH, pada sarasehan nasional Penyalahgunaan Narkoba dan Eksploitasi Seks Remaja. Nur mengatakan, dana yang dipakai untuk mengonsumsi narkoba sekitar Rp 130 miliar hingga Rp 390 miliar per hari (jawapos.co.id). Weleh, itu duit kabeh atao campur krikil yaa?? Duwike Mbah Sangkil, Mas…

Dokter Boyke Dian Nugraha ngungkapin bahwa setiap tahunnya, sebanyak 1,3 juta gadis remaja Indonesia melakukan aborsi. Trus, sekitar 20 persen siswa SMP and SMA serta mahasiswa mengaku sudah pernah berhubungan seksual. Malahan, begitu kata Boyke sebagaimana dikutip oleh kantor berita Antara, sekitar 35 persen dari seluruh mahasiswa sebuah fakultas kedokteran swasta di Jakarta menyatakan mereka setuju pada seks di luar perkawinan. Wah lak isin se..Mas!!... Padahal calon-calon dokter. lho Rek!!

Yang lebih mengejutkan lagi, di Indonesia, sedikitnya sekitar 2,3 juta permintaan aborsi setiap tahunnya, dan sekitar 20-50% kematian terjadi akibat aborsi yang tidak aman. Ketua Umum Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang juga Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (Dirjen Kesmas Depkessos), Azrul Azwar , kepada satunet.com dan Republika di Jakarta, lebih jauh mengatakan angka aborsi tersebut meningkat dari tahun ke tahunnya. Dari total permintaan aborsi tersebut, 85% sudah menikah, dan 15% belum menikah dengan 60%-70% tergolong usia remaja. Angka kejadian aborsi di Indonesia mencapai dua juta per tahun atau 37 aborsi per 1.000 wanita dengan usia 15-49 tahun, atau 43 aborsi per 100 kelahiran hidup atau 30% dari kehamilan. Gileee bener!!!

Wanita Bangkit? Why Not?

Yah, begitulah potret buram "Kartini" masa kini, tapi apa semua potret wanita buram seperti diatas? tentu saja TIDAKK!!. Kebetulan aja kami menampilkan data diatas, agar kita semua berpikir. Benerkah Kartini saat ini sulit dicari? Kalo cewek bernama Kartini nggak keitung jumlahnya, bahkan bagi Arek Suroboyo, mereka tidak saja kenal Kartini, mereka juga kenal Kartolo, Kartiyem, Didi Karpot, Karbriel Omar Batistuta, hingga sering ngomong kartiyan dech lu….serta Kar-kar lian-liannya yang tentu aja nggak ada hubungganya dengan Kartini yang kita bahas disini. Tapi jangan apatis dulu, brur, masih ada koq saudari-saudari kita yang setidaknya kita bisa sebut 'The Real Kartini", diantaranya berikut ini beberapa yang ditemui ISLAMUDA.

Marta (22), mahasiswi ITATS kelahiran Jombang ini, sekarang sedang menjabat sebagai Ketua Keputrian UKKI-ITATS Surabaya. Tentang emansipasi menurutnya, kalo ada wanita muslimah mengikuti atau memperjuangkan emansipasi, berarti dia memperjuangkan aqidah kapitalisme. "Seorang muslimah jika memang dia benar memperjuangkan kebangkitan, harusnya dia harus memperjuangkan kebangkitan shahih, dan kebangkitan yang shahih adalah yang didasarkan pada aqidah Islam, karena Islam sebagai satu-satunya aqidah yang shahih", begitu tutur dara mantan penghuni SMUN 1 Sidoarjo ini. Ketika ditanya bagaimana hukumnya wanita (istri) bekerja, dia ngejawab "hukum bagi seorang wanita bekerja itu mubah, tapi kalo kemubahan itu meninggalkan hal yang wajib yakni mendidik anak dan mengurus suami, maka si wanita tadi bisa jadi berdosa".

Wah, friend, nyatanya ada saudari kita yang mempunyai pemikiran yang cemerlang menatap masa depan, setidaknya mereka tidak kalah oleh deru mesin jaman yang terus melaju menggilas nilai kewanitaan seorang muslimah. Gimana sich…, koq bisa jadi gitu? Resepnya mbak Marta, "Kita harus mempelajari tsaqofah Islam, dengan mempelajari tsaqofah Islam kita jadi tahu hukum Allah atas perbuatan kita, sehingga sesuai dengan tujuan hidup kita yaitu mencari ridhlo Allah"

Aktivis KAMMI-Unesa, mbak Ninik (22) melontarkan pernyataan "Wanita karier, adalah muslimah yang berdaya dan potensif untuk ummat yang masih mendekati sisi kewanitaan. Jadi wanita karier, bukanlah mereka minta porsi jam kerjanya sama dengan pria, atau tempat kerjanya sama dengan pria". Ketika ditanya apa kewajiban seorang wanita terkait dengan karier, mbak Ninik ngejawab "Tugas wanita adalah melahirkan generasi robbani dan membangun peradaban yang baik, sebab peradaban yang baik bisa dibangun dari wanita yang baik (sesuai dengan Islam)". Begitulah, friend. Tidaklah wanita itu selalu rendah, nyatanya mbak Ninik bisa ngebuktikan itu, dengan pemikirannya yang cemerlang. Menurut beliau, "untuk bisa seperti seorang wanita bisa mengintegrasikan antara ruhiyah, jasadiyah dirinya, dan hal itu hanya bisa didapat dengan membina diri tsaqofah Islam". Nah, tibalah saatnya bagi kamu yang sekarang masih tetep nglakuin aktivitas yang nggak karuan, gunakan derajat kewanitaanmu sesuai dengan fitrahnya. Udah nggak ada untungnya buat kamu, ehhh bisa-bisa berabe entar!!!
"Kayaknya nggak ada hubungannya Kartini dengan perjuangan wanita sekarang, Kartini itu hanya sebagai symbol saja.

Tetapi ide feminisme itu asalnya dari Barat sana yang diperjuangkan wanita sekarang, sedang Kartini adalah pejuang Islam, ingin memperjuangkan harkat kewanitaan, yang pada saat itu dihina-dinakan berbeda dengan wanita Belanda saat itu", begitulah ungkapan Mbak Khoironi (24) salah satu muslimah Hizbut Tahrir. "Emansipasi, hanyalah hal yang cabang, tapi hal yang pokok adalah ide kapitalisme-sekularisme yang merupakan sumber dari emansipasi itu" tambahnya. Artinya kalo wanita pingin bangkit tengoklah Islam. Bukanlah kebangkitan seorang wanita, jika kemudian masih menengok kepada aqidah selain Islam. Apalagi latah alias meniru aqidah selain Islam.

Emansipasi; Antara Ada dan Tiada

Selain Pria, Allah menciptakan dari jenis manusia seorang Wanita (lihat QS. an-Nur 1) yang memiliki keinginan untuk berperan penting dalam hidupnya. Itu suatu hal yang lumrah dan manusiawi sekali…ya nggak?? Namun celakanya, tuntutan untuk berperan itu disalahartikan dan diungkapkan dalam bentuk nyama'in hak wanita dan pria yang udah nggak karuan, norak dan tak tahu malu dengan kata-kata emansisapi…..Lho..lho salah…emansipasi.

Pada jaman dahulu kala (#Jreng-jreengg…#, perhatiin lagi cerita nich!!) tuntutan emansipasi, diawali pada jaman Renaisance or kebangkitan kembali di Eropa sekitar abad 16 Masehi. Pasca Perang Dunia I dan II, Eropa mengeluh kekurangan pria dewasa dan pemuda produktif yang sangat dibutuhkan dalam proses industrialisasi. Nah, saat itulah dengan alasan mendorong roda pembangunan para wanita berperan secara besar-besaran, para wanita keluar rumah untuk bekerja di pabrik, kantor dan instansi pemerintahan. Keluar rumah tanpa menutup aurat, ya.. blak-blakan kayak sekarang… ditambah bisa saja mereka keluar rumah seharian penuh, dan berperan sebagai wanita karier dsb.

Akibatnya, slogan emansipasi digunakan oleh para wanita dalam segala bidang menjadi sebuah tuntutan yang harus diperjuangkan. Sampe-sampe beberapa wanita di Jerman menyatakan diri nggak mau hamil atau bersuami, karena menurutnya hamil atau bersuami akan mengurangi haknya untuk berperan aktif dalam kehidupan.
Contoh lain yang terjadi di Barat (Eropa) seorang wanita diperisteri lelaki yang belakangan disadari memiliki kekurangan dalam pandangan si wanita itu. Sementara itu ada lelaki lain yang lebih memenuhi syarat, yang juga mencintai wanita ini. Disini kedua laki-laki tadi sama-sama membutuhkan wanita itu. Tapi wanita tadi, lebih memilih lelaki yang kedua meskipun yang pertama adalah suaminya yang sah.

Hal demikian wajar terjadi di tengah masyarakat yang sedang girang-girangnya menganut paham sekularisme (pemisahan agama dan kehidupan), yang menjadi pertimbangan mereka adalah akal mereka sendiri, sedang norma agama kasih nomer 16 aja, kalo bisa malah buang yang juauuhhh. Tapi anehnya kita malah niru-niru mereka, tanpa tahu itu bener apa nggak. Kita tambah bangga kalo' memperjuangkan hal itu, padahal "camilan" gituan jelas merusak aqidah kita. Ibaratnya badan kita diinjak-injak, dipentungi, diengkuk-engkuk, di-smackdown, tapi kita nggak tahu mana yang sakit, malah ngguyu nyengir-nyengir kalo' disakiti. Lucu jadinya…(ha..ha..ha….Husss!!)

Tengoklah Islam !!!

Dalam masyarakat Islam fakta diatas nggak akan pernah terjadi. Sebab Islam dengan syariatnya yang sempurna dan tuntas nyelesaiin persoalan manusia, telah menetapkan syariat yang dibebankan kepada pria dan wanita, baik sebagai manusia maupun sebagai jenis manusia (pria-wanita). Sebagai manusia, Islam nentuin hak dan kewajiban yang sama bagi pria dan wanita. Contohnya kewajiban sholat lima waktu, puasa, berdakwah, haji dll (lihat QS. Fuhsilat 33, Ali-Imron 104, an-Nur 56, al-Baqoroh 183). Sedang sebagai jenis manusia, Islam menentukan hak dan kewajiban pria dan wanita berbeda, seperti kewajiban suami menafkahi isteri dan anaknya (lihat QS. an-Nisa 19). Wanita yang diperisteri, wajib menerima hak mahar dari calon suaminya (lihat QS. an-Nissa 4, 24, al-Maidah 5). Entar kalo udah hamil, maka sang isteri akan terkena hukum masalah kehamilan, menyusui sampe mengasuh anak (lihat QS. al-Ahqaaf 15, al-Baqoroh 233).

Ini nggak akan jadi beban bagi seorang wanita, kalo dia yakin tujuan hidupnya adalah beribadah kepada Allah, dengan harapan Ridhlo Allah akan datang, bila njalanin perintah Allah atau ninggalin yang dilarang oleh Allah. Bukan seperti masyarakat Barat yang menafikan (menolak) bahwa semua itu diperintah Allah. Mereka beranggapan bahwa itu beban yang harus dihilangkan dari diri wanita, karena menurutnya, dengan aktivitas itu wanita jadi terbelenggu tidak menikmati kebebasannya sebagai manusia. Nggak heran jadinya…disana marak dengan, PSK (Penjaja Seks Komersial) hingga ABG (wAnita Berbadan Gempal) gara-gara mendambakan kebebasan yang bablas angine… Mengapa hal demikian terjadi? Sekali lagi itu karena standar dan tujuan hidup Barat berbeda uuaduuuoh puoll….dengan Islam.

Nggak usahlah, suka latah ama orang Barat, yang sok modern itu. Kalo kamu menuntut setara dengan laki-laki karena meniru Barat, mau nggak sih kamu kumisan, berewokan atawa gethot sebagaimana halnya anak cowok ? Nggak mau khan? Simaklah firman Allah berikut ini :

"Dan janganlah kamu iri hati dengan apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi wanitapun ada bagian dari apa yang mereka usahakan" (TQS. an-Nur 32)

Makanya, sesuaikanlah standar hidupmu, gaya hidupmu dan pandangan hidupmu dengan Islam. Kalo kita tiap hari ngaca' untuk meliat dandanan kita udah pas atao belum, mengapa kita tidak juga ngaca' kepada Islam, apakah perbuatan kita, pemikiran kita, perasaan kita pas nggak dengan Islam? Hayoo…
Walahu a’lam bishowab (lbr/dn)

Sabtu, 04 April 2009

Kebahagiaan Merupakan Suatu Kenangan

Salam Buat teman-teman yang ada di universitas muria kudus semoga sehat selalu